-Garnetia Pramanita
“satu hati hanya untukmu.. sedih suka kita lalui bersama..
Nasya-ku..”
Masih
ingatkah kamu tentang lirik lagu itu?
Alunan indah
yang pernah kau nyanyikan untukku.
Bersama
dengan petikan gitarmu itu.
Nada-nada
indah itu terangkai hingga aku merasa ini semua seperti mimpi.
Mimpi?
Apakah ini hanya mimpi?
Mimpi
burukku yang terealisasikan menjadi nyata.
Kita yang
sekarang.. bukan kita yang terdahulu.
Bukan lagi
tentang bagaimana 421 hari yang pernah kita lewati.
Sekarang
tidak ada lagi kamu yang ada untukku.
Tidak ada
lagi tawa, tidak ada lagi iringan nada yang mengiringi tidurku.
~
Bagaimana
hubungan yang harmonis ini dapat merengggang?
Bagaimana
dia bisa masuk diantara hubungan kita?
Apa aku
salah? Apa aku yang terlalu egois?
Apa ini semua
salahku?
Bagaimana
bisa kamu yang setiap saat selalu mengatakan kita sekarang sudah berbeda.
Apakah ini
adil? Disaat aku berusaha untuk mempertahankan hubungan ini.
Disaat aku
sudah berusaha meredam egoku untuk kita.
Tapi kamu?
Tidakkah
kamu juga akan melakukannya?
Apakah
disaat kita tentang saling berselisih paham, kamu hanya menyalahkanku.
Untuk sebuah
hubungan yang mungkin tidak lagi bisa kita pertahankan.
Untuk sebuah
kebohongan, untuk semua sandiwaraku agar terlihat kuat didepanmu..
Demi semua
yang kamu inginkan, aku menyerah.
Selamat tinggal
kamu, selamat tinggal seseorang yang dulu selalu ada untukku.
Terimakasih untuk
421 hari yang sangat indah.. terimakasih untuk semua kenangan yang sudah pernah
kita rasakan.
Dan lagu
itu.. jika suatu saat nanti kamu menyanyikannya untuk orang lain.. aku harap
kamu ingat. Bahwa dulu kamu pernah menyanyikannya untukku. Aku yang pernah kamu
panggil sayang..
hanya fiksi dan imajinasi
-Gtia Pramanita
6/25/2013
hanya fiksi dan imajinasi
-Gtia Pramanita
6/25/2013